BAB
I
A. Manajemen dan Organisasi
Manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang berasal dari kata dasar
“manage”. Definisi manage menurut kamus oxford adalah “to be in charge or make decisions in a business or an organization”
(memimpin atau membuat keputusan di perusahaan atau organisasi). Dan definisi
management menurut kamus oxford adalah “the
control and making of decisions in a business or similar organization”
(pengendalian dan pembuatan keputusan di perusahaan atau organisasi sejenis).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah “penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran” atau “pimpinan yang bertanggung
jawab atas jalannya perusaahaan dan organisasi.
Manajemen
merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat yang
tersedia semaksimum mungkin. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam
mencapai tujuan perusahaan harus memperhatikan secara optimal terhadap
kepentingan-kepentingan yang menyangkut kepentingan konsumen, penanam modal,
karyawan ,pemerintah, masyarakat , supplier. Manajemen merupakan kegiatan pokok
yang dilakukan seorang pimpinan karena
dia menjabat sebagai manajer untuk mengolah input menjadi output melalui proses manajemen. Kegiatan peranan
yang harus dilakukan seorang manajer akan selalu dan harus ada disetiap jenjang
manajemen dalam struktur organisasi baik di posisi
manajer puncak, madya, dan lini. Perbedaan nya hanyalah terletak pada wewenang
dalam mengambil keputusan di mana semakin ke atas seseorang dalam kedudukan nya pada posisi organisasi maka
semakin besar kewenangannya dalam mengambil keputusan.
1.
Manajer lini,
contoh : supervisor
2.
Manajer Menengah,
contoh : Kep. Departemen
3.
Manajer Puncak,
contoh : Direktur
Dengan demikian,
istilah manajemen mengacu kepada suatu proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain.
Fungsi
Manajemen
Berikut ini adalah fungsi-fungsi
manajemen menurut Para Ahli :
1. Menurut George R.Terry
a. Perencanaan (Planning);
b. Pengorganisasian (Organizing);
c.
Penggerakan (Actuating);
d. Pengawasan (Controlling).
2. Menurut Luther M. Gulick
a.
Perencanaan (Planning);
b. Mengorganisir (Organizing);
c. Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
d. Mengarahkan (Directing);
Bidang-Bidang
Manajemen
1. Bidang Pemasaran
2. Bidang Operasional
3. Bidang Keuangan
4. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengertian Organisasi
Organisasi
berasal dari kata organon (yunani) yang berarti alat. Organisasi merupakan
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah system kerjasama antara dua
orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk
pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan
struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang
bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang , material, mesin, metode
, lingkungan ), sarana- parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian
organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tisak ada
perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan
beberapa pendapat sebagai berikut :
1. Menurut Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan
“organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu
tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang /
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut
dengan bawahan.”
2. Menurut Chester I. Barnerd (1938) Dalam bukunya
“The Executive Function” mengemukakan bahwa : “Organisasi adalah system
kerjasama antara dua orang atau lebih” (I define organization as a system of
cooperatives of two more persons”.
Ciri-Ciri Organisasi
1.
Terdapat
komponen/kelompok ( atasan dan bawahan), Yaitu adanya orang yang dapat dikenal
dan saling mengenal.
2. Adanyakerja sama (cooperative yang berstruktur dari
sekelompok orang).
3. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama
lain saling berkaitan (independent part) yang merupakan kesatuan kegiatan.
4. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau
kontribusinya berupa tenaga, pemikiran dan lain-lain.
5. Ada tujuan yang ingin dicapai.
6. Ada sasaran.
7. Ada keterikatan format dan tata tertib yang harus
ditaati.
8.
Ada pendelegasian
wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
Unsur-Unsur Organisasi
Organisasi
memiliki unsur antara lain:
1.
Proses kegiatan
organisasi yang dilakukan oleh semua orang untuk mencapai tujuan
(administrasi). Di dalam administrasi inilah adanya proses khusus yang disebut
manajemen.
2. Personil atau anggota yang menggabungkan diri
kedalam ikatan formal.
3. Visi, yaitu pandangan atau citra para anggota
mengenai keadaan organisasinya di masa depan dan tujuan, yaiut apa yang mau
dicapainya yang sesuai dengan visinya tadi.
4. Misi, atau tugas besar yang harus diemban oleh
organisasi dan tugas atau fungsi yang dibagikan kepada anggota untuk
dilaksanakan.
5. Wewenang, yang merupakan legitimasi hak bertindak
tiap orang dalam melaksanakan tugas.
6. Struktur, yang menunjukkan kedudukan tiap orang
didalam kelompoknya.
7. Hubungan, yang menjadi dasar kerjasama antar
anggota.
8. Formalitas, yaitu aturan tretulis yang mengatur
semua unsur agar menjadi resmi, sehingga organisasi menjadi formal.
9. Sumber energi, yang mendukung gerak kelompok atau
organisasi, sehingga organisasi selalu dinamis.
Teori Organisasi
Teori organisasi adalah suatu konsepsi, pandangan,
tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan tentang pemecahan masalah organisasi
sehingga dapat lebih berhasil bahkan pada gilirannya organisasi dapat mencapai
sasaran yang ditetapkan, adapun yang dimaksud masalah itu sendiri adalah segala
sesuatu yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Ada 9 macam teori
organisasi yaitu
1.
teori organisasi
klasik
2.
teori organisasi birokrasi
3.
teori organisasi
human relations
4.
teori organisasi
perilaku
5.
teori proses
6.
teori organisasi
kepemimpinan
7.
teori organisasi
fungsi
8.
teori organisasi
pembuatan keputusan
9.
teori organisasi
kontingensi.
Namun, Perkembangan teori-teori organisasi yang
dilihat dan dikaji dapat diikhtisarkan menjadi 4 (empat) kelompok besar teori
yakni klasik, perilaku, system, dan kontingensi.
Macam-Macam
Organisasi
1. Organisasi Niaga
Merupakan organisasi yang tujuan utamanya untung
mendapatkan dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. terbagi ke dalam
beberapa bentuk:
a.
Perseroan Terbatas
(PT)
b.
Perseroan
Komanditer (CV)
c.
Firma (FA)
d.
Koperasi
2.
Organisasi Sosial
3.
Organisasi
Regional dan Internasional
4.
Organisasi politik
5.
Organisasi
mahasiswa
Bentuk
Organisasi
a.
Bentuk Organisasi
Staff
b.
Bentuk Organisasi
Fungsional
c.
Bentuk Organisasi
Lini
B. Sejarah
Perkembangan Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak
sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan
tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida
tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza
tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa memedulikan apa sebutan
untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan,
mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para
pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala
sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pemikiran Awal Manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting
dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam
Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan
ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian
pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Peristiwa penting
kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di
Inggris.
Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut
"pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu
membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan
cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan
kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan
oleh para ahli.
Era
Manajemen Ilmiah
Era ini ditandai dengan berkembangnya perkembangan ilmu manajemen dari kalangan
insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor,Frederick A. Halsey, dan
Harrington Emerson. Manajemen ilmiah dipopulerkan
oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles ofScientific
Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai
"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong
oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry
Gantt. yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas
ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya
untuk bersifat rajin (industrious)
dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang
disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol
pekerjaan. Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu
teori mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana
cara membentuk praktik manajemen yang baik
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli
sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang
disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian
kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang
rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Perkembangan selanjutnya terjadi
pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang
merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikro ekonomi.
Era Manusia Sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya
mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era
manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun
1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi
penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthorne. Eksperimen Hawthorne
dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne milik Western
Electric Company Works di Cicero, Illenois.
Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari
pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja.
Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam
kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output
pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa
aman yang menyertainya.
Era modern
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep
manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya
W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904). Deming, orang
Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat
bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan
pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas
dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila
kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya
perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih
baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar
meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas
perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan
meningkat.
C. Teori
Manajemen
Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh
oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth
berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata
telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan.
Keluarga Gilbreth
juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan
dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs
(dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th
tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang
lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja. Skema itu mereka
dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya,
Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja
melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan
juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang
tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior
berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata
interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan
saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih
produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik,
model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu
manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan
para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis
jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan
kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order
quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan
lain-lain.
Klasifikasi
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya: Aliran
klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi
manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan
fungsi-fungsi tersebut. Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran
manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia
dan perlunya manajemen memahami manusia.
Aliran manajemen Ilmiah:
aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya.
Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat
berguna untuk menjelaskan masalah manajemen. Aliran analisis sistem: Aliran ini
memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk
mengembangkan teorinya. Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen
berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal
1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai
bukannya pada interaksi kegiatan karyawan. Aliran manajemen mutu: Aliran
manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan
pelanggan atau konsumen.
BAB
II
A. Proses
Perencanaan
Proses perencanaan atau planning
adalah bagian dari daur kegiatan manajemen
yang terutama berhubungan dengan pengambilan
keputusan (decision making) untuk masa depan,
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan korporat, perencanaan
strategis, atau perencanaan jangka panjang.
Bisa juga dilakukan per divisi atau unit bisnis stategis menjadi
rencana divisi atau anak perusahaan
tertentu di dalam suatu korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per
fungsi baik di dalam korporasi, di dalam divisi maupun unit bisnis individual,
misalnya rencana fungsi pemasaran,
rencana fungsi keuangan,
rencana fungsi produksi dan distribusi,
dan rencana fungsi personalia.
Karakter atau Pendekatan Dasar Proses Perencanaan
- Dari atas ke bawah (top-down).
Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai kemauan atasan di
dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu
perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan
karena sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan
kepatuhan yang terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.
2. Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini
merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan
yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong
keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya
memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan pengembangan budaya
perusahaan yang sesuai.
Unsur-unsur Proses Perencanaan
Beberapa unsur di bawah ini
terdapat dalam proses perencanaan manapun, kendati lingkup dan metodenya
berbeda. Bisa luas, bisa kecil. Bisa kompleks, bisa sederhana. Walau demikian
baik jika dikenali dengan lebih jelas.
Audit
Situasi
Audit situasi dilaksanakan dengan memeriksa data
prestasi beberapa masa yang lalu. Prinsipnya adalah untuk mendapatkan informasi
pengenalan diri sendiri saat ini di sini dengan segala dimensinya: apa, siapa,
mengapa, untuk apa, di mana, bagaimana, berapa? Mendaftar berbagai aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang diketahui.
Selanjutnya teknik forecasting secara statistik
biasanya digunakan untuk melihat ekstapolasi kecenderungan data ke masa depan
dalam situasi konstan seperti pada masa lalu.
Riset Masa Depan
Adalah usaha untuk memperkirakan
situasi lingkungan eksternal masa depan yang akan dihadapi. Tujuan riset masa depan (future
research) adalah mengenali dan mempertimbangkan dampak dari kecenderungan
perkembangan faktor-faktor dalam ekonomi makro,
bidang industri atau
jasa, politik,
perubahan sosial, teknologi,
budaya dan gaya hidup masyarakat, keamanan
dan lain sebagainya, apakah positif ataukah negatif. Juga diperkirakan situasi persaingan.
Asumsi-asumsi
Gabungan audit situasi (internal) dan riset masa depan (eksternal)
yang dipadukan dengan melakukan metode Analisis SWOT
menghasilkan asumsi-asumsi atau pengandaian situasi atas berbagai faktor
variabel. Data basis yang diperoleh di sini seolah-olah siap memberi penjelasan
pada setiap pertanyaan: mengapa.
Visi
Visi adalah proyeksi gambaran diri pada masa depan dengan segala dimensinya
berdasarkan data realitas sekarang, dan berbagai kecenderungan baik internal
maupun eksternal. Visi bisa dikatakan impian berdasarkan kenyataan. Bukan
gambaran yang muluk-muluk tanpa dasar. Di sini ditampung data verbal mengenai
nilai-nilai, harapan dan aspirasi setelah paparan situasi sekarang dan
kecenderungan masa depan.
Tujuan,
Sasaran, Target
Untuk mewujudkan Visi kemudian secara terasering (cascade)
menurut kedudukan dalam sistem dilaksanakan penjabaran apa yang hendak dicapai
menjadi ketentuan tujuan, sasaran dan target yang terukur dalam kurun waktu
tertentu. Biasanya untuk perumusan tujuan, sasaran dan target digunakan prinsip
SMART: apakah pernyataan tujuan, sasaran, target sudah Spesifik-sistematik,
Measurable, Attainable, Realistic, dan Time-framed?
Policy
atau kebijakan
Perumusan policy atau kebijakan
dasar dimaksudkan sebagai garis pedoman mengenai apa yang boleh dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan, sasaran, target.
Ini memberi warna dasar pada semua rencana usaha, misalnya orientasi pada kepuasan konsumen yang harus
dipertimbangkan di dalam semua rencana strategi dan taktis.
Rencana
Strategi
Garis besar ketentuan mengenai bidang-bidang utama
mengenai pengembangan bisnis dan
organisasi, pembaruan dan pengembangan produk, strategi persaingan dan
pemasaran, strategi keuangan, strategi investasi
prasarana dan sarana, strategi produksi dan strategi sumber
daya manusia.
Keunggulan
Strategis
Perencanaan yang dengan jelas
merumuskan hal-hal berikut dikatakan sudah mempunyai potensi keunggulan
strategis:
- Visi
- Strategi
- Taktik
- Implementasi
- Operasi
(Kenneth Primozic, Edward Primozic dan
Joe Leben (1991): Strategic Choices: Supremacy, Survival or Sayonara.
McGrawHill).
Pemikiran strategis
haruslah merupakan suatu daur berkesinambungan. Daur itu dimulai dengan
pembentukan visi organisasi, berlanjut dengan penentuan strategi (yaitu tujuan
dan garis besar usaha untuk mewujudkannya) yang menentukan bagaimana visi
digunakan untuk membimbing semua usaha dan karya organisi, kemudian dijabarkan
menjadi pelbagai taktik yang tepat dalam mengaplikasikan strategi,.
Komitmen
Pada Rencana
Edward Deming terutama mengajarkan
"Constancy of purpose" atau kesetiaan pada maksud dan tujuan yang
hendak dicapai, serta "continuous improvement" artinya perbaikan
berkesinambungan atas pelbagai proses kerja. Ahli yang lain menegaskan
keterlibatan, konsistensi, sikap konsekuen.
Peninjauan
Ulang Rencana-rencana
Situasi bisa menyebabkan
perubahan bahkan pembongkaran rencana dan memutar daur proses perencanaan
berikutnya. Untuk itu diperlukan kepekaan pada situasi dan dampaknya
(sensibilitas) dengan selalu mengadakan audit situasi dalam kurun tertentu
(kuartal atau semester) dan fleksibilitas dalam arti kesediaan untuk berubah di
setiap jajaran.
B.
Gaya Pengambilan Keputusan
Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan
keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin. Keempat gaya tersebut
adalah:
1. Gaya Direktif
a.
Cenderung
bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah.
b.
Berfokus
pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat
c.
Cenderung
berfokus jangka pendek.
d.
Gemar
menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan kekeuasaan
yang otokratik.
2.
Gaya Analitik
Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil
analisis.
a.
Lebih
banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif dibandingkan gaya
direktif.
b.
Pengambilan
keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
c.
Menggambarkan
pemimpin yang otokratik.
3.
Gaya Konseptual
a.
Memecahkan
masalah dengan pandangan yang luas.
b.
Suka
mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan.
c.
Melibatkan
banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak menggunakan intuisi
dalam peng keputusan.
d.
Berani
mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif.
e.
Ketidakpastian
dalam pengambilan keputusan.
4.
Gaya Konseptual
a. Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka
dalam pertukaran pendapat.
b. Cenderung menerima saran, sportif dan
bersahabat.
c. Suka informasi yang verbal dan menghindari
konflik serta peduli pada kebahagiaan org lain.
d. Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit
mengatakan tidak jika keputusan tersebut akan berdampak kerugian pada orang
lain.
C. Manajemen
Strategis
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan. Manajemen
strategis berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi,
pengembangan kebijakan dan
perencanaan untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya
untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian
fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen
strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan
oleh CEO serta tim eksekutif
organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk
perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku
organisasi.
Manajemen
strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis
adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber
daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi
tujuan strategis.
Definisi
Beberapa pakar dalam ilmu
manajemen mendefinisikan manajemen strategis dengan cara yang berbeda-beda.
Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai analisis,
keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif.
Definisi ini menggambarkan dua
elemen utama manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis dalam sebuah
perusahaan berkaitan dengan proses yang berjalan (ongoing processes):
analisis, keputusan, dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana
manajemen menganalisis sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan
eksternal yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan
keputusan strategis.
Elemen kedua, manajemen
strategis adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan
perusahaan lainnya. Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan bisa
menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi
juga sulit ditiru atau dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama.
Keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan
melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing, atau melakukan
aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda.
Posisi
strategis
Porter (1996)
mendefinisikan strategi
sebagai "penciptaan posis unik dan berharga yang didapatkan dengan
melakukan serangkaian aktivitas. Porter menjabarkan tiga basis posisi
strategis. Ketiganya tidak mutually exclusive dan seringkali saling
bersinggungan. Basis pertama didapatkan dengan memproduksi bagian kecil (subset)
sebuah produk dari industri tertentu. Porter menyebutnya sebagai variety-based
positioning karena posisi ini berasal dari pemilihan produk, bukan
berdasarkan segmentasi konsumen. Dengan kata
lain, efektif bila perusahaan memiliki kemampuan menciptakan produk
subset tersebut dengan baik, jauh lebih unggul dibanding pesaingnya.
Basis kedua adalah melayani sebagian
besar atau bahkan seluruh kebutuhan dari konsumen tertentu, yang disebut
sebagai needs-based positioning, model ini adalah memenuhi kebutuhan
target pasar untuk waktu yang berbeda-beda. Basis ketiga didapatkan dengan
menarget konsumen yang dapat diakses dalam cara yang berbeda, yang disebut
sebagai access-based positioning. Konsumen-konsumen ini, meskipun
memiliki kebutuhan dan keinginan yang hampir sama dengan konsumen lainnya,
membutuhkan konfigurasi aktivitas yang berbeda untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan tersebut.
Pembentukan
strategi
Tugas pertama dalam manajemen
strategis pada umumnya adalah kompilasi dan penyebarluasan pernyataan misi.
Aktivitas ini mendokumentasikan kerangka dasar organisasi dan mendefinisikan
lingkup aktivitas yang hendak dijalankan oleh organisasi. Setelah itu,
organisasi bersangkutan akan melakukan pemindaian lingkungan untuk membangun
keselarasan dengan pernyataan misi yang telah dibuat. Pembentukan strategi
adalah kombinasi dari tiga proses utama sebagai berikut:
- Melakukan analisis situasi, evaluasi
diri dan analisis pesaing: baik internal maupun eksternal; baik lingkungan
mikro maupun makro.
- Bersamaan
dengan penaksiran tersebut, tujuan dirumuskan. Tujuan ini harus bersifat
paralel dalam rentang jangka pendek dan juga jangka panjang. Maka di sini
juga termasuk di dalamnya penyusunan pernyataan visi (cara pandang jauh ke
depan dari masa depan yang dimungkinkan), pernyataan misi (bagaimana peran
organisasi terhadap lingkungan publik), tujuan perusahaan secara umum
(baik finansial maupun strategis), tujuan unit bisnis strategis (baik
finansial maupun strategis), dan tujuan taktis.
Komponen
proses manajemen strategis
Manajemen strategis secara
umum didefinisikan sebagai suatu proses yang berorientasi masa depan yang
memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan hari ini untuk memposisikan
diri untuk kesuksesan di masa mendatang. Pandangan yang lebih tradisional dari
manajemen strategis menggunakan pendekatan linear dimana pertama dilakukan
pemantauan terhadap lingkungan organisasi (baik internal dan eksternal),
strategi dirumuskan, strategi yang diimplementasikan dan lantas kemajuan
organisasi terhadap strategi kemudian dievaluasi. Kecepatan pacu saat ini dari
perubahan menyatakan bahwa tahap perumusan dan pelaksanaan harus lebih
diintegrasikan lebih erat untuk memastikan bahwa sejalan terjadinya
perubahan dan timbulnya masalah di implementasi, strategi tersebut kembali
dikunjungi secara terus menerus.
Ada tiga tingkatan strategi
dibuat dalam organisasi yang lebih besar, yakni meliputi strategi perusahaan,
bisnis, dan fungsional (atau operasional). Semua strategi ini harus berkaitan
erat untuk memastikan bahwa organisasi bergerak ke arah yang menyatu. Data dari pemantauan
lingkungan ini kemudian digunakan untuk membuat rencana strategis bagi organisasi
- yang kemudian dilaksanakan.
Sebuah pepatah lama
menyatakan bahwa "gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan
untuk gagal”. Jika sebuah organisasi tidak merencanakan arahnya, dia juga
terbilang tidak mengambil kendali atas masa depannya. Tahap implementasi
melibatkan hampir semua anggota organisasi. aspek pelaksanaan. Rencana terbaik
tak ada artinya jika implementasinya cacat.
Komponen terakhir dari
manajemen strategis adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan perusahaan ke arah
sasaran strategisnya.
BAB III
A. Pengorganisasian
Organisasi
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga organisasi merupakan hal
yang penting yang harus dipelajari dengan baik. Oleh karena itu kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi, fungsi dan apa manfaatnya.
Pengorganisasian
adalah merupakan fungsi kedua dalam manajemen didefinisikan sebagai proses
kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan,
sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah
struktur organisasi.
Organisasi
yang baik sangat bermanfaat dalam mencapai tujuan yang maksimum. Pengorganisasian
juga dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang,
alat, tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu kesatuan yang dapat digerakkan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Hasil
pengorganisasian adalah suatu situasi di mana organisasi dapat digerakkan
menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Definisi pengorganisasian menurut para ahli :
1.
Menurut
Cefto Samuel C, The process of
establishing orderly uses for all organizational’s resources (pengorganisasian
merupakan proses mengatur semua kegiatan secara sistematis dalam mengelola
sumber daya).
2.
Menurut
William Chuck, Deciding where decision
will be made, who will do that jobs and task, and who will work for whom.
(memutuskan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melakukan pekerjaan
dan tugas itu dan siapa yang akan bekerja serta untuk siapa pekerjaan itu dilakukan).
Manfaat pengorganisasian
Pengorganisasian bermanfaat untuk hal-hal
berikut :
1.
Memungkinkan
pembagian tugas sesuai dengan keadaan perusahaan
2.
Mengakibatkan
adanya spesialisasi dalam melaksanakan tugas
3.
Anggota
organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam rangka mencapai
tujuan.
Fungsi Pengorganisasian
1.
Menentukan
segala sumber daya yang ada dengan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Merancang
dan mengembangkan suatu kelompok kerja / organisasi.
3. Penugasan
tanggung jawab dan mendelegasikan wewenang kepada
individu-individu
untuk melaksanakan tugasnya.
Ada 4 bagian penting dari pengorganisasian yaitu
1.
Staffing
Merupakan suatu kegiatan yang melakukan
pembagian kelompok-kelompok kerja menurut jenisnya beserta pengisian
orang-orang yang sesuai dengan keahliannya.
2.
Delegation
of Authority
Yaitu pendelegasian wewenang dari seorang
atasan kepada bawahannya sesuai dengan struktur organisasi maupun kedudukan
bawahan/kemampuan bawahan.
3. Departementasi
Yaitu pengelompokan kegiatan-kegiatan yang
sejenis untuk kemudian dipisahkan dengan kegiatan yang lainnya dimana diantara
pengelompokan kegiatan tersebut tetap terjalin koordinasi dalam bekerja sama.
4. Personalia
Kepegawaian ini sangat penting dalam
hubungannya dengan para bawahan baik hubungan yang bersifat formal (sesuai
dalam struktur organisasi) maupun informal (timbul karena kebutuhan sosialisasi
diri anggota).
Unsur-unsur Pengorganisasian
Organisasi
memiliki tiga unsur, yaitu terdiri dari orang, kerjasama, dan tujuan bersama.
Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berhubungan
sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-unsur organisasi
secara terperinci adalah:
1. Man (orang-orang) dalam kehidupan organisasi atau ketatalembagaan
sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel.
2. Kerjasama, merupakan suatu perbuatan bantu-membantu
akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama.
3. Tujuan,
merupakan arah atau sasaran yang dicapai.
Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan
merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan.
4. Peralatan
(Equipment), merupakan
Unsur yang keempat yaitu peralatan atau equipment yang terdiri dari semua
sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah,
gedung/bangunan/kantor).
5. Lingkungan
(Environment), Faktor
lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi.
B. Koordinasi
Koordinasi
(coordination) adalah proses
pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang
terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi merupakan fungsi yang
harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu komunikasi atau
kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kegiatan sehingga bisa
tercapai tujuan organisasinya. Agar koordinasi terlaksana, setelah manajer
melakukan fungsi perencanaan, pengarahan dan pengorganisasian maka seorang
manajer harus dapat menciptakan suasana atau lingkungan kerja yang mendorong
terlaksananya koordinasi. Pengertian koordinasi menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
1. Dr. Awaluddin Djamin M.P.A, Koordinasi adalah
suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan
tugas-tugas tertentu sehingga terdapat saling mengisi, membantu dan melengkapi.
2. Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu
usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Pedoman Koordinasi
- Koordinasi harus terpusat,
sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak
sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian,
ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya
kebutuhan dan keinginan berbeda.
- Koordinasi harus terpadu,
keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
- Koordinasi harus
berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu
terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan
kegiatan sebelumnya.
- Koordinasi harus menggunakan
pendekatan multi instansional, dengan ujud saling memberikan informasi
yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu
dengan tugas yang lain.
Masalah-masalah
dalam koordinasi
1.
Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan
tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda
mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai
kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa
diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian
akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses
organisasi.
2.
Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan
masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek.
Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
3.
Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan
pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian
dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan
pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4.
Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin
mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap
tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Tipe-tipe
koordinasi
1.
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti,
kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya.
2.
Koordinasi horisontal adalah
mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi
(aparat) yang setingkat, Hasibuan (2007:86-87).
Sifat-sifat
Koordinasi
1.
Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2.
Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh
oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
3.
Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan
secara keseluruhan.
Asas
koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut
jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan
jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini
bahwa setiap atasan (koordinator)
harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya, Hasibuan (2007:87).
Syarat-syarat
Koordinasi
1.
Sense
of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus
dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2.
Rivalry,
dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara
bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3.
Team
spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.
4.
Esprit
de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai,
umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
Ciri-ciri
koordinasi
1.
Tanggungjawab koordinasi terletak pada
pimpinan.
2.
Adanya proses (continues process).
3.
Pengaturan secara teratur usaha kelompok.
4.
Konsep kesatuan tindakan.
5. Tujuan
koordinasi adalah tujuan bersama
C. Rentang
Manajemen
Rentang manajemen atau rentang
kendali adalah kemampuan manajer untuk
melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah
bawahan yang melapor kepadanya. Kadang disebut dengan rentang
pengawasan (span of control), salah satu ciri dari struktur ini
menentukan seberapa dekat seorang supervisor dapat mengawasi bawahannya.
Rentang manajemen dan koordinasi saling
berhubungan erat, ada anggapan bahwa semakin besar
jumlah rentang semakin sulit untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan
secara efektif. Tetapi hubungan tersebut tidak semudah itu. Karena bila jumlah
bawahan yang melapor ke setiap manajer lebih banyak, organisasi hanya
membutuhkan sedikit manajer. Dengan sedikit pandangan manajerial yang terlibat,
para manajer mungkin mungkin akan lebih mudah mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan antar departemen
Jumlah rentang ideal
1.
Rentang
manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja
efektif dari bawahan mereka.
2.
Ada
hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur
organisasi.
3.
Rentang
manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk flat yang berarti tingkatan manajemen
semakin sedikit.
Dalam memilih suatu rentangan, manajer harus
mempertimbangkan tidak hanya hubungan suatu dengan satu secara langsung dengan
bawahan dalam kelompok dua atau lebih. Pendekatan Graicunas menunjukkan
kekompleksan tugas-tugas pengawasan manajer. Secara matematik hubungan-hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus:
R = jumlah hubungan,
n = jumlah bawahan.
Menurut rumusan ini,
bila ada lima bawahan akan ada 100 hubungan, bila ada sepuluh bawahan maka ada 5.210 hubungan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi rentang manajemen
- Kesamaan
fungsi-fungsi
- Kedekatan
geografis
- Tingkatan
pengawasan langsunga yang dibutuhkan
- Tingkat koordinasi
pengawasan yang dibutuhkan
- Perencanaan
yang dibutuhkan manajer
- Bantuan
organisasional yang tersedia bagi pengawas
Faktor-faktor lain yang
dapat digunakan sebagai pedoman:
1.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi.
2.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan bawahan
3.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan atasan.
BAB IV
A. Pendelegasian
Delegasi secara singkat dapat dikatakan bahwa
delegasi adalah pemberian sebagaian tanggung jawab dan kewibawaan kepada
orang lain. (Charles J.
Keating : hal. 1991). Pendelegasian adalah
kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya atau bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer
yang bersangkutan dan pada
waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf atau bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat
melaksanakan tugas-tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan
hal hal yang didelegasikan kepadanya, ( Manulang,1988). Delegasi wewenang adalah proses yang paling
fundamental dalam organisasi, sebab pimpinan tak kan sanggup melakukan segala
sesuatu dan membuat setiap keputusan.
Pendelegasian
(pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi
agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya.
Delegasi dapat terjadi karena adanya berbagai keterbatasan
dalam melakukan suatu pekerjaaan. Keterbatasan ini dapat terjadi dari berbagai
faktor antara lain : keterbatasan jumlah pekerja, keahlian, waktu pengerjaan
dan lainnya.jika tidak segera di tanggulangi akan memperburuk kinerja
organisasi, karena itu di butuhkan pendelegasian. Pelimpahan wewenang atau
pendelegasian merupakan proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah
menurut organisasi untuk melakukan berbagai aktifitas yang di tunjukan untuk
pencapaian tujuan organisasi.
Pelimpahan Wewenang
Pelimpahan wewenang adalah proses pengalihan tugas kepada
orang lain yang sah atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam
organisasi) dalam melakukan berbagai aktifitas yang di tujukan untuk pencapaian
tujuan organisasi yang jika tidak di limpahkan akan meghambat proses pancapaian
tersebut.
Manfaat Pelimpahan Wewenang
Pelimpahan wewenang memungkinkan sub-bagian atau bawahan
mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu
yang baru tersebut. Bahwa pelimpahan wewenang mendorong tercapainya
keputusan yang lebih baik dalam berbagai hal. Penyelesain pekerjaan dapat di lakukan dengan lebih cepat sekiranya
pelimbahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan di berikan
kepada orang yang bertanggung jawab.
Kendala dalam Pelimpahan Wewenang
a.
Kapasitas staff yang terbatas
b.
Kurang tanggung jawabnya atasan akibat pelimpahan wewenang
c.
Kunci Pelimpahan Wewenang agar Efektif
d.
Kepercayaan atasan kepada bawahan
e.
Komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan
f.
Kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan
pekerjaan, dan kemampuan bawahan.
Tindakan agar Wewenang
Efektif
a.
Penentuan hal-hal yang dapat didelegasikan
b.
Penentuan orang yang layak untuk menerima delegasi
c.
Penyediaan sumber daya yang di butuhkan
d.
Pelimpahan tugas yang akan di berikan
e. Intervensi pada saat yang di
perlukan
Alasan pentingnya pendelegasian
Ada alasan delegasi itu diperlukan,
diantaranya adalah :
a.
Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada
mereka menangani setiap tugas sendiri.
b.
Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
c.
Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas
yang lebih diprioritaskan.
d.
Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu
alat pembelajaran dari kesalahan.
e.
Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang
dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.
f.
Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan
mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
g.
Agar organisasi berjalan lebih efisien.
h.
Pendelegasian
memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
i.
Dengan
pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat
dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau
keberhasilan.
Kegiatan delegasi wewenang
Beberapa kegiatan dalam delegasi wewenang
adalah :
a.
Manager
perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya kepada orang yang
diberi pelimpahan
b.
Manajer
melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
c.
Perawat/bidan
yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan
tanggung jawab.
d.
Manajer
perawat/bidan menerima pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah
dicapai.
B. Pengarahan
Pengarahan
(Perintah) adalah suatu instruksi resmi dari seseorang atasan kepada
karyawannya untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna
merealisasikan tujuan dari sebuah perusahaan. Suatu perintah harus datang dari
pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya. Bawahan yang di perintah
ini haruslah bawahan dari atasan yang bersangkutan, tidak boleh bawahan dari
atasan yang lainnya, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan
yang memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang memiliki wewenang
untuk atau atas pekerjaan itu sendiri. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka
dia mempunyai kekuatan sanksi, wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya. Suatu
pengarahan dapat diberikan berbagai batasan.
Batasan
tersebut dapat bersifat umum maupun spesifik, bergantung pada frekuensi kerja
dan motif usaha yang dikembangkan. Secara umum, pengarahan dapat diberikan
batasan sebagai suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruktur
kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Pengarahan
mencakup berbagai proses operasi standar, pedoman dan buku panduan, bahkan
manajemen berdasarkan sasaran (management
by objective).
Jenis –
Jenis Pengarahan (Perintah)
3. Perintah Lisan
Tidak ada yang menolak adanya perintah lisan.
Meskipun demikian, mereka tidak sependapat tentang suatu perintah dapat di
berikan secara lisan. Dalam dua hal, yaitu:
a.
Tugas
yang diperintahkan itu merupakan tugas yang sederhana, dan
b.
Dalam
keadaan darurat.
c.
Bawahan
yang di perintah sudah pernah mengerjakan perintah,
d.
Perintah
itu dapat selesai dalam waktu yang singkat,
e.
Apabila
dalam mengerjakan tugas itu ada kekeliruan, tidak akan membawa akibat yang
besar, apabila bawahan yang di perintah adalah buta huruf.
Dampak Positif
a)
Tidak
membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkannya
b)
Mempunyai
kemungkinan untuk menjelaskan hal – hal yang kurang jelas
c)
Dapat
dipergunakan kepada banyak orang
Dampak Negatif
Tidak ada persiapan sebelumnya Perintah
langsung di berikan
4. Perintah Tertulis
Pada umumnya perintah tertulis dapat di
berikan dalam hal – hal sebagai berikut:
a.
Pada
pekerjaan yang sulit, memerlukan ketrampilan, keterangan detail, angka – angka
yang pasti dan terperinci
b.
Bila
pegawai yang diperintah berada di tempat lain
c.
Jika
pegawai yang di perintah sering pula
d.
Jika
tugas yang di perintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian yang lain.
e.
Jika
dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahn yang terjadi dapat menimbulkan akibat
yang besar.
Dampak Positif
a.
Printah
tertulis menyebabkan oarng yang menerima perintah mengetahui benar tanggung
jawabnya
b.
Perintah
tertulis mudah diperiksa guna memelihara kebenaran
c.
Merupakan
cara terbaik untuk menjamin persamaan dan keserupaan pelaksanaan di seluruh
organisasi.
Dampak Negatif
a.
Memakan
waktu yang cukup lama
b.
Menelan
biaya yang besar
c.
Mengandung
infleksibilitas
Selain dari pembagian perintah seperti yang
terdapat di atas, maka perintah itu dapat pula digolongkan berdasarkan macam –
macam situasi maupun penerima perintah, sebagai berikut :
1. Demand
Hendaknya dihindarkan, kecuali dalam keadaan
darurat atau luar biasa. Perintah semacam ini dapat memperoleh tindakan yang
segera daripada pegawai yang luntur semangatnya. Dalam keadaan yang normal
pemberian perintah semacam ini hanya akan menimbulkan suasana yang tegang.
2. Request
Perintah
semacam ini akan lebih berhasi jika di berikan kepada pegawai yang
berpengalaman.
3. Suggestion
Kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya
inisiatif, pula dalam hal kita menghadapi pegawai – pegawai yang kompeten dan
pegawai – pegawai yang segera mau menerima tanggung jawab.
4. Volunter
Diberikan
kepada pegawai yang biasanya enggan untuk melaksanakannya, misalnya tugas –
tugas pada waktu pegawai sedang beristirahat.
Peran Komunikasi Dalam Pengarahan
Komunikasi
dalam suatu organisasi dapat diidnetikkan dengan system saraf dalam suatu
organisasi yang hidup. Komunikasi memiliki peran yang penting karena tanpa
komunikasi apa yang ada dalam diri seseorang tidak akan sampai pada orang lain.
Komunikasi adalah suatu proses penyampain informasi atau pengertian dari
pengirim pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda atau symbol yang sama,
baik yang bersifat oral maupun bukan oral (Siswanto, 1988). Dalam hubungannya
dengan organisasi, informasi dapat mengalir vertikal, horizontal, maupun
diagonal.
a. Sistem
Komunikasi Vertikal, sistem
komunikasi vertikal berlasung dari atas maupun dari bawah.
b. Sistem
Komunikasi Horizontal, komunikasi
ini terjalin antar department, unit, dan bagian dalam suatu hierarki
organisasi.
c. Sistem
Komunikasi Diagonal, komunikasi
ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang sangat langka. Akan tetapi dalam
kondisi tertentu menjadi amat penting, khususnya apabila para bawahan tidak
bisa berkomunikasi secara efektif melui media lainnya. Delapan ekelemen pokok
komunikasi menurut Stoner dan Wankel (1986 : 501-504) meliputi :
Pengirim (Sender atau Source)
Pengirim adalah seseorang yang memiliki
informasi kebutuhan atau keinginan, dan sebuah maksud untuk disampaikan kepada
satu atau lebih orang lain.
Penyandian ( Encoding)
Aktivitas ini berlangsung manakala pengirim menerjemahkan
informasi yang akan dikirim ke dalam serangkain symbol.
Pesan (Message)
Pesan adalah bentuk fidik ketika pengirim
menyandikan informasi.
Saluran (Channel)
Saluran adalah media pengirim dari satu orang
ke orang lain.
Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang yang indranya menangkap
pesan pengrim.
Pengurai Sandi (Decoding)
Pengurai sandi adalah proses penerima
menafsirkan pesan dan menerjemahkannya ke dalam informasi yang bermakna.
Gaduh (Noise)
Gaduh adalah salah satu factor yang mengacaukan,
membingungkan, atau mengganggu informasi.
Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah suatu perbalikan proses
komunikasi ketika reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan.
C. Proses
Motivasi
Motivasi
adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk
menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan
keberhasilan prilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu. bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun
dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut
motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik. Rasa
tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara
harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang
diinginkan bisa kita capai.
Motivasi
mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada
kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar.
Terbentuknya
motivasi berasal dari dua jenis, yaitu berasal dari diri sendiri (internal) dan
juga berasal dari lingkungan. Motivasi internal adalah motivasi yang muncul
dari dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang mempengaruhi. Motivasi ini
lebih menekankan nilai dari kegiatan itu sendiri dari pada penghargaan dari
luar. Motivasi internal masih dibagi lagi menjadi dua yaitu, determinasi
diri dan pilihan personal. Determinasi disini maksudnya adalah kita melakukan
sesuatu karena kita mau melakukannya bukan karena paksaan atau imbalan.
Sedangkan pilihan personal adalah kita melakukan sesuatu karena kita merasakan
perasaan bahagia dan menyenangkan, kita merasakan kepuasan tersendiri ketika
selesai melakukan sesuatu.
Berbeda
dengan motivasi ekternal yaitu motivasi yang muncul karena dorongan dari luar
baik itu berupa hal yang positif seperti imbalan, reward, hadiah, penghargaan
dan lain-lain maupun hal yang negatif seperti, hukuman, paksaan dll. Contohnya
kita bekerja karena gaji yang akan kita dapatkan setiap bulannya. Motivasi yang
paling kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, sebab kita
dengan sadar ingin melakukan sesuatu bukan karena imbalan, pujian, hukuman dan
lain-lain tetapi karena kita memang menginginkannya.
Konsep Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto
adalah sebagai berikut
1. Model
Tradisional, untuk
memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif
dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model
Hubungan Manusia, untuk
memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui
kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
3. Model
Sumber Daya Manusia, pegawai
dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga
kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.
Jenis
Motivasi
1. Motivasi
Intrinsik
Yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang
yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah
rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi
tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar
dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
“intrinsik motivations are inherent in
the learning situations and meet pupil-needs and purposes”.
Itulah
sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan
dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti
tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui
segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu
seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan
nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting
bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai
yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.
Teori-teori Motivasi
1. Teori
Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)
Mengemukakan
bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan
pokok. Ia
menunjukkannya dalam tingkatan yang berbentuk piramid, orang
memulai
dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal
dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow.
a.
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b.
Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c.
Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
d.
Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
2. Teori
Motivasi Herzberg (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor
yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri
dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
a.
Faktor
higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik),
b.
Faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
3. Teori
Motivasi Vroom (Teori Harapan )
Teori
dari Vroom (1964) tentang cognitive
theory of motivation menjelaskan
mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak
dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia
inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan
oleh tiga
komponen, yaitu:
a.
Ekspektasi
(harapan) keberhasilan pada suatu tugas
b.
Instrumentalis,
yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi
c.
Valensi,
respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.
4. Teori
Motivasi Achievement Mc Clelland
(Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland
(1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia,
yaitu:
a.
Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
b.
Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama
dengan soscialneed-nya Maslow)
c.
Need for Power (dorongan untuk mengatur).
5. Teori
Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam
penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
a. tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian;
b. tujuan-tujuan mengatur upaya;
c. tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi;
d. tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
6. Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah
dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena
didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh
persepsi tersebut.
Padahal
dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa
kehendak seseorang ditentukan pula oleh
berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari
berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku.
Dalam
hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan
bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi
yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku
yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
BAB V
A. Fungsi dan Sifat Kepemimpinan
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan
mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya, yang
secara singkat menggerakkan enam M. agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin
mencapai tujuan organisasi, hanya dapat melaksanakan secara baik bila seorang
pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimanamestinya.
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu
membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri
selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut
antara lain:
a.
Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi
dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b.
Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai
keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c.
Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi
pekerjaan
yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
a.
Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka
pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
b.
Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur –
prosedur yang diperlukan. Setiap rencana yang baik akan berisi :
·
Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami.
·
Penggunaan sumber – sumber “enam M” secara tepat
·
Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi Memandang ke Depan
Seorang
pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa
yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan
jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung
terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan
kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin
tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini,
seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran,
kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi
pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat
segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali
berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi Mengambil Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab
itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
a.
Perasaan, firasat atau intuisi
b.
Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi
fakta-fakta secara rasional – sistematis.
c.
Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
d.
Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan. Dalam
pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode–metode sebagai
berikut :
a.
Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual
artinya secara sendirian.
b.
Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan
secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus
untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
c.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam
arti menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau
majelis.
d.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab
masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agae diambil
dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
6. Fungsi Memberi Motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian
terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,
hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab
mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh
pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu
mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang
telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan,
teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan
fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan
daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua
hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.
Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of
Leadership, menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan,
yaitu :
1. Fungsi
Menjalankan Tugas
Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi
ini adalah :
a.
Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah,
menyarankan gagasan – gagasan baru, dan sebagainya.
b.
Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap
usul–usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.
c.
Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya
dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.
d.
Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang
diterima.
e.
Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih
dapat mengembangkan pengertian.
f.
Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran
dan mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan.
g.
Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain
menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan
dalam kelompok.
h.
Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan
dan menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.
i.
Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah
ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan.
j.
Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan
langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang
dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.
2. Fungsi
Pemeliharaan
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi
pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang
termasuk fungsi ini antara lain :
a.
Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau
dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui
sumbangan fikiran orang lain.
b.
Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota
berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain
berkesempatan untuk mendengar.
c.
Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur
dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann
yang bertentangan dengan pedoman kelompok.
d.
Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain,
bersikap sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan
mengambil keputusan.
e.
Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak
sebagai penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
Disamping kedua pendapat
tersebut tentang fungsi kepemimpinan, pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi
kepemimpinan adalah memberikan pendapat yang terakhir mengatakan bahwa fungsi
kepemimpinan adalah menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan
dan mengamankan integritas organisasi dan medamaikan perbedaan yang terjadi
dalam kelompok menuju ke arah kesepakatan bersama.
Sifat
Kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin
itu dilakukan antara lain dengan
mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Teori kesifatan atau
sifat dikemukakan oleh beberapa ahli.
Edwin Ghiselli mengemukakan teori mereka tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan (Handoko, 1995: 297). Edwin Ghiselli mengemukakan 6 (enam) sifat
kepemimpinan, yaitu :
a.
Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability)
atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen.
b.
Kebutuhan akan prestasi
dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.
c.
Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya
pikir.
d.
Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan
dan memecahkan masalah-masalah dengan
cakap dan tepat.
e.
Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu
menghadapi masalah.
f.
Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menentukan cara-cara baru atau inovasi.
1. Penguasaan teknis, setiap pemimpin harus menguasai satu
atau beberapa kemahiran teknis agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk
memimpin.
2. Ketegasan dalam mengambil keputusan, pemimpin yang berhasil
pasti dapat mengambil keputusan secara cepat, tegas dan tepat sebagai hasil
dari kearifan dan pengalamannya.
3. Kecerdasan, orang yang cerdas akan mampu mengatasi
masalah dalam waktu yang lebih cepat dan cara yang lebih efektif.
4. Keterampilan mengajar, pemimpin yang baik adalah yang mampu menuntun,
mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat
sesuatu.
5. Kepercayaan, keberhasilan kepemimpinan didukung oleh
kepercayaan anak buahnya, yaitu percaya bahwa pemimpin dengan anggota berjuang
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan teori-teori tentang kesifatan atau sifat-sifat
pemimpin diatas, dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat kepemimpinan kepala sekolah
adalah :
1) Kemampuan sebagai pengawas (supervisory ability)
2) Kecerdasan
3) Inisiatif
4) Energi jasmaniah dan mental
5) Kesadaran akan tujuan dan arah
6) Stabilitas emosi
7) Obyektif
8) Ketegasan dalam mengambil keputusan
9) Keterampilan berkomunikasi
10) Keterampilan mengajar
11) Keterampilan social
12) Pengetahuan tentang relasi insani.
B. Pengendalian
Pengendalian manajemen merupakan suatu istilah yang umum dan
makin banyak digunakan dalam berbagai variasi kepentingan dan pengertian.
Kadang-kadang digunakan untuk pemeriksaan rutin intern, misalnya pada
penyusunan kembali pembukaan. Biasanya interprestasi yang lebih sempit ini
ternyata merupakan salah satu kegiatan daripada struktur pengendalian manajemen
yang luas itu.
Ada berbagai macam definisi mengenai pengendalian manajemen.
Berikut ini akan disajikan beberapa definisi tersebut :
1.
Menurut Arief Suadi, Ph.D, pengendalian Manajemen adalah
semua usaha
untuk menjamin bahwa sumber
daya perusahaan digunakan secara efektif
dan efisien untuk mencapai
tujuan perusahaan atau proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah
perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui
strategi tertentu.
2.
Menurut Anthony, Dearden dan Bedford, pengendalian Manajemen
adalah semua metode, prosedur dan strategi organisasi, termasuk sistem
pengendalian manajemen yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa
pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian
manajemen adalah semua usaha perusahaan yang mencakup metode, prosedur dan
strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional
perusahaan, agar dipatuhinya kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan
perusahaan.
Sistem pengendalian manajemen adalah struktur dan
prosedur-prosedur yang saling berkaitan dan disusun dengan skema yang utuh dan
menyeluruh, untuk membantu manajemen di dalam melakukan pengendaliannya. Dengan
kata lain, sistem pengendalian manajemen adalah sarana bagi pengendalian
manajemen yang akan menunjang pelaksanaan pengendalian di dalam perusahaan.
Di atas telah disebutkan bahwa pengendalian manajemen adalah
proses untuk mempengaruhi orang lain dalam perusahaan agar secara efektif dan
efisien mencapai tujuan perusahaan. Penentuan tujuan perusahaan dan strategi
untuk mencapainya dilakukan dalam suatu proses yang dinamakan Perencanaan
Strategis. Perencanaan strategis adalah suatu proses untuk menentukan tujuan
perusahaan, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena
perencanaan strategis tidak dapat lepas dari lingkungannya, maka perencanaan
strategis dapat juga dikatakan sebagai reaksi perusahaan terhadap lingkungan.
Lingkungan perusahaan adalah : karyawan, pemegang saham, pesaing, pelanggan,
pemasok, lembaga keuangan, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan perusahaan
merupakan arah yang akan ditempuh perusahaan.
Pada saat perusahaan didirikan, perencanaan baru dapat
dilakukan setelah tujuan dan strategi pencapaian tersebut ditentukan.
Sebaliknya, setelah perusahaan berjalan, realisasi yang efektif dan efisien
namun tidak mencapai tujuan perusahaan dapat menimbulkan evaluasi terhadap
program, strategi atau tujuan perusahaan, dan hal ini dapat terjadi berulang
kali.
Selain memerlukan pengendalian manajemen, untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan pengendalian yang lain yaitu : pengendalian tugas”. Pengendalian tugas adalah : proses untuk menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Efisiensi menunjukkan perbandingan ntara keluaran (output) dengan masukan (input) yang favourable. Sedangkan efektivitas menunjukkan perbandingan antara keluarga dengan tujuan.
Selain memerlukan pengendalian manajemen, untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan pengendalian yang lain yaitu : pengendalian tugas”. Pengendalian tugas adalah : proses untuk menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Efisiensi menunjukkan perbandingan ntara keluaran (output) dengan masukan (input) yang favourable. Sedangkan efektivitas menunjukkan perbandingan antara keluarga dengan tujuan.
C. Lingkungan
Perusahaan
Keseluruhan
dari faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun
kegiatannya.
Pada dasarnya lingkungan perusahaan dibedakan
menjadi :
1. Lingkungan
Eksternal
Lingkungan
eksternal perusahaan yang berpengaruh tidak langsung terhadap kegiatan perusahaan.
Lingkungan eksternal meliputi variabel-variabel di luar organisasi yang dapat
berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan societal ataupun faktor-faktor
spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri) organisasi.
Variabel-variabel eksternal ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ancaman dan
peluang, yang mana memerlukan pengendalian jangka panjang dari manajemen puncak
organisasi. Ada dua lingkungan yang
berpengaruh disini, yaitu lingkungan societal dan lingkungan kerja. Lingkungan
societal meliputi tekanan-tekanan umum yang mempengaruhi secara luas, misalnya
tekanan di bidang ekonomi, teknologi, politik, hukum, dan sosial budaya.
Tekanan ini terutama sering berpengaruh pada keputusan jangka panjang
organisasi. Sementara itu, lingkungan kerja memasukkan semua elemen yang
relevan dan mempengaruhi organisasi secara langsung. Elemen-elemen tersebut
dapat berupa pemerintah, kreditur, pemasok, karyawan, konsumen, pesaing, dan
lainnya.
Lingkungan
eksternal perusahaan dapat dibedakan menjadi :
1.
Lingkungan eksternal makro, adalah lingkungan
eksternal yang berpengaruh tidak langsung terhadap kegiatan usaha, contoh :
a.
Keadaan alam: SDA,
lingkungan.
b.
Politik dan hankam
c.
Hukum
d.
Perekonomian
e.
Pendidikan kebudayaan
f.
Sosial dan budaya
g.
Kependudukan
h.
Hubungan internasional.
2.
Lingkungan eksternal mikro, adalah lingkungan
eksternal yang pengaruh langsung terhadap kegiatan usaha.
Contoh : Pemasok / supplier : yang
menunjang kelangsungan operasi perusahaan. Perantara, misalnya distributor,
pengecer yang berperan dalam pendistribusian hasil-hasil produksi ke konsumen. Teknologi:
yang berkaitan dengan perkembangan proses kerja, peralatan metode, dll. Pasar,
sebagai sasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Lingkungan
Internal
Lingkungan internal adalah faktor-faktor
yang berada dalam kegiatan produksi dan langsung mempengaruhi hasil produksi, contoh :
a.
Tenaga kerja
b.
Peralatan dan mesin
c.
Permodalan (pemilik, investor, pengelolaan
dana)
d.
Bahan mentah, bahan setengah jadi,
pergudangan
e.
Sistem informasi dan administrasi sebagai
acuan pengambilan keputusan.
BAB VI
A. Tanggung
jawab Sosial
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate
Social Responsibility adalah bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam rangka
1. Penjagaan
lingkungan
2. Norma masyarakat
3. Partisipasi
pembangunan
4. Serta berbagai
bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Tanggung
jawab sosial dan keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial
merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan kelangsungan
perusahaan dalam jangka panjang. Biaya sosial yang dikeluarkan dianggap sebagai
investasi jangka panjang.
Pandangan
sosial ekonomi, bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan
laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan social. Tanggung
jawab sosial (CSR), kewajiban perusahaann bisnis di luar yang dituntut oleh
hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang
yang baik bagi masyarakat.
Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial
1.
Strategi
Reaktif, kegiatan bisnis yang melakukan
strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau
menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial
2.
Strategi
Defensif, strategi defensif dalam
tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan
pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial .
3.
Strategi
Akomodatif, strategi akomidatif
merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya
tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut
4.
Strategi
Proaktif, perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah
bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders
terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan terbangun.
B. Etika
Manajerial
Etika manajerial adalah peraturan dan prinsip
yang mendefinisikan tindakan benar dan salah. Empat pandangan tentang etika :
a.
Pandangan
etika utilitarian (utilitarian view of
ethics)
b.
Pandangan
etika hak (rights view of ethics)
c.
Pandangan
etika teori keadilan (theory of justice
view of ethics)
d.
Pandangan
etika teori kontrak sosial terpadu (integrative
social contracts theory)
Empat Pandangan Mengenai Etika
a.
Pandangan
etika utilitarian, keputusan etika dibuat semata-mata berdasarkan hasil atau
akibat keputusan itu
b.
Pandangan
etika hak, peduli terhadap penghormatan dan perlindungan hak kebebasan pribadi
individu
c.
Pandangan
etika teori keadilan, para manajer memaksakan dan mendorong peraturan secara
adil dan tidak memihak tindakan itu dilakukan dengan mengikuti seluruh
peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum.
d.
Pandangan
etika teori kontrak sosial terpadu, keputusan atau etika harus didasarkan pada
sejumlah faktor empiris (apa yang ada) dan faktor normatis (apa yang seharusnya)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajemen
a.
Prinsip-Prinsip
Etika Bisnis
b.
Prinsip
otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
c.
Prinsip
kejujuran. Suatu bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern
dalam suatu perusahaan.
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
a. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria
yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
b. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit
principle), menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
c. Prinsip integritas moral terutama dihayati sebagai
tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.
Dimensi Etika dalam Manajemen
a.
Etika adalah pandangan , keyakinan dan nilai akan
sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah (Griffin)
b.
Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan
organisasi yang memenuhi kriteria etika.
Nilai Personal sebagai Standar Etika
a.
Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan
ideal yang mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari
seseorang.
b.
Nilai
Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara
pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala
kegiatan yang dilakukannya
c.
Nilai
Personal terdiri dari nilai
terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya merupakan pandangan dan cara
berfikir seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif
dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala
keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus
diperhatikan dan dijalankan.
Upaya Peningkatan Etika Manajemen
a.
Pelatihan etika
b.
Advokasi etika
c.
Kode Etik
d.
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
C. Manajemen
Perubahan dan Inovasi
Perubahan organisasi (Organization Change) merupakan modifikasi pada beberapa bagian
organisasi: jadwal pekerjaan, dasar untuk depermentalisasi, rentang manajemen,
mesin-mesin, rancangan organisasi, orang-orang di dalam organisasi itu sendiri,
dan lain sebagainya. Perubahan dapat melibatkan hampir semua aspek dari suatu
organisasi. Setiap perubahan dalam suatu organisasi dapat memiliki dampak yang
meluas di luar bidang aktual di mana perubahan diimplementasikan. Perubahan
dalam suatu organisasi diperlukan karena sesuatu yang relevan bagi organisasi
telah berubah atau akan berubah sehingga organisasi juga harus melakukan
perubahan. Dorongan untuk berubah muncul dari eksternal maupun internal
organisasi.
Dorongan eksternal berasal dari lingkungan umum dan
lingkungan tugas dari suatu organisasi. Dimensi-dimensi lingkungan umum yang
menyebabkan perubahan organisasi terdiri dari dimensi politik, dimensi
teknologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosiokultural. Dimensi politik misalnya
hukum baru, keputusan pengadilan, dan peraturan baru. Dimensi teknologi
misalnya penemuan teknik produksi baru yang lebih efisien. Dimensi ekonomi
misalnya inflasi, biaya hidup, dan pasokan uang. Dimensi sosiokultural
misalnya, perefleksian nilai masyarakat.Lingkungan tugas yang menyebabkan
perubahan organisasi terdiri dari pesaing, konsumen, pemasok, dan pembuat
aturan. Pesaing mempengaruhi suatu organisasi melalui struktur harga dan jalur
produk. Konsumen menentukan produk apa yang dapat dijual pada harga berapa,
sehingga organisasi harus menaruh perhatian pada selera dan preferensi
konsumen. Pemasok mempengaruhi organisasi dengan meningkatkan atau menurunkan harga
atau mengubah jalur produk. Pembuat aturan dapat memiliki efek yang dramatis
atas organisasi, misalnya serikat kerja dapat memaksakan perubahan ketika
mereka merundingkan upah yang lebih tinggi atau ketika anggota mereka melakukan
pemogokan.
Dorongan internal berasal dari dalam organisasi itu
sendiri. Misalnya perubahan yang disebabkan karena manajemen puncak melakukan
refisi strategi organisasi. Dorongan internal juga dapat terjadi karena adanya
refleksi oleh dorongan eksternal. Dengan bergesernya nilai sosiokultural
misalnya, sikap pekerja terhadap pekerjaan mereka mungkin bergeser. Meskipun
kekuatan yang mempengaruhi berasal dari lingkungan eksternal, organisasi harus
merespon secara langsung kepada tekanan intern yang dihasilkan.
Perubahan Terencana versus Perubahan Reaktif
Prubahan terencana (Planned change) adalah perubahan yang
dirancang dan diimplementasikan secara berurutan dan tepat waktu sebagai
antisipasi dari peristiwa di masa mendatang. Perubahan reaktif (reactif change) adalah suatu respons
bertahap terhadap peristiwa ketika muncul. Karena perubahan reaktif mungkin
dilakukan secara cepat, potensi untuk terjadinya perubahan yang disusun dan
dilaksanakan dengan buruk meningkat. Perubahan terencana hampir selalu lebih
disukai daripada perubahan reaktif.
Mengelola Perubahan dalam Organisasi
Setiap perubahan harus sistematis dan logis
agar memiliki suatu kesempatan realistik untuk berhasil. Untuk
mengimplementasikan perencanaan untuk perubahan, manajer perlu memahami
langkah-langkah perubahan yang efektif dan bagaimana mengatasi penolakan
karyawan terhadap perubahan. Langkah-langkah dalam Proses Perubahan :
a. Model
Lewin
Langkah pertama adalah unfreezing, maksudnya individu yang akan
terpengaruh oleh perubahan yang mengganggu harus diberi penjelasan agar
memahami mengapa perubahan diperlukan. Kemudian, perubahan itu sendiri (the change itself) diimplementasikan.
Terakhir, refreezing adalah
menekankan dan mendukung perubahan sehingga ia menjadi bagian dari sistem.
b.
Pendekatan yang Komprehensif terhadap
Perubahan
Pendekatan ini memerlukan
pandangan sistem dan memaparkan serangkaian langkah-langkah spesifik yang
sering menyebabkan keberhasilan suatu perubahan. Langkah pertama adalah
mengenali kebutuhan akan perubahan. Langkah kedua, manajer harus menetapkan
tujuan perusahaan. Ketiga, manajer harus mendiagnosis apa yang menyebabkan
perlunya dilakukan perubahan. Langkah berikutnya adalah memilih suatu teknik
perubahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
c.
Memahami Penolakan akan Perubahan
Alasan
terjadinya penolakan terhadap perubahan diantaranya ketidakpastian, kepentingan
pribadi yang terancam, perbedaan persepsi, dan rasa kehilangan.
Bidang-bidang Perubahan Organisasi
Secara umum, sebagian campur tangan perubahan
menyangkut struktur
organsasi dan rancangan organisasi, teknologi
dan operasi, atau orang.
1. Mengubah
Struktur dan Rancangan
Perubahan organisasi dapat difokuskan pada
setiap komponen dari struktur organisasi atau pada keseluruhan rancangan
organisasi. Oleh karena itu, organisasi mungkin mengubah cara merancang
pekerjaannya atau dasar departementalisasinya.
2. Mengubah
Teknologi dan Operasi
Teknologi merupakan proses konversi yang
digunakan oleh suatu organisasi
untuk mengubah input menjadi output. Karena kecepatan inovasi teknologi,
perubahan teknologi menjadi semakin penting bagi banyak organisasi.
Pengadopsian dan institusionalisasi inovasi teknologi informasi hampir selalu
terjadi di sebagian besar perusahaan saat ini. Bentuk penting lain dari
perubahan teknologi melibatkan peralatan.
3. Mengubah
Orang
Bidang ketiga dalam perubahan organisasi
berkaitan dengan sumber daya manusia. Contohnya, suatu organisasi mungkin
memutuskan untuk mengubah tingkat keahlian tenaga kerjanya. Perubahan ini
mungkin disebabkan karena perubahan teknologi atau keinginan untuk meningkatkan
kualitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu, program pelatihan dan kriteria
rekrutmen baru mungkin diperlukan.
4. Merekayasa
Ulang dalam Organisasi
Rekayasa ulang (reengineering) adalah perancangan ulang secara radikal semua aspek
bisnis untuk mencapai keuntungan besar dalam biaya, pelayanan, atau waktu.
a.
Kebutuhan
akan Rekayasa
Semua sistem, termasuk organisasi rentan
teradap entropi yaitu suatu proses normal yang menyebabkan penurunan sistem.
Suatu organisasi yang berperilaku seperti itu mempertahankan status quo tidak
berubah sejalan dengan lingkungannya, dan mulai mengkonsumsi sumber dayanya
sendiri untuk bertahan. Kuncinya adalah mengenali tanda awal dari penurunan dan
segera bergerak menuju rekayasa ulang.
b. Pendekatan terhadap Rekayasa Ulang
Langkah pertama adalah
menetapkan tujuan dan mengembangkan suatu strategi untuk rekayasa ulang.
Kemudian manajer puncak harus memulai dan mengarahkan usaha rekayasa ulang.
Jika CEO secara konstan terlibat dalam proses, menekankan pentingnya rekayasa
ulang dan memimpinnya, rekayasa ulang sangat mungkin berhasil.
Inovasi Organisasi
Inovasi (innovation) adalah usaha yang terkelola dari suatu organisasi
untuk
mengembangkan produk atau jasa baru, atau kegunaan baru dari produk
atau
jasa yang ada. Inovasi penting karena tanpa produk atau jasa baru.
Proses Inovasi
Proses
inovasi organisasi terdiri dari pengembangan, penerapan, peluncuran,
pertumbuhan, dan pengelolaan kematangan dan penurunan ide-ide kreatif.
1.
Pengembangan
Inovasi
Pengembangan inovasi
meliputi evaluasi, modifikasi, dan peningkatan ide-ide kreatif. Pengembangan
inovasi dapat mengubah suatu produk atau jasa yang hanya memiliki potensi
sederhana menjadi suatu produk atau jasa dengan potensi signifikan.
2.
Aplikasi
Inovasi
Aplikasi inovasi adalah suatu tahap di mana suatu
organisasi mengambil suatu ide yang dikembangkan dan menggunakannya dalam
rancangan, manufaktur, atau pengantaran produk, jasa atau proses baru.
3.
Peluncuran
Aplikasi
Peluncuran aplikasi adalah
tahap di mana suatu organisasi memperkenalkan produk atau jasa baru ke pasar.
4.
Pertumbuhan
Aplikasi
Periode
ini merupakan salah satu kinerja ekonomi tinggi untuk suatu organisasi karena
permintaan atas suatu produk atau jasa sering kali lebih besar dari pasokan.
5. Kematangan Inovasi
Kematangan
inovasi adalah tahap dimana sebagian besar organisasi dalam suatu industri
memiliki akses terhadap suatu inovasi dan menerapkannya dengan cara yang kurang
lebih sama. Karena sebagian besar perubahan memiliki akses terhadap inovasi,
baik sebagai hasil pengembangan inovasi mereka sendiri atau menirunya dari
inovasi orang lain.
6. Penurunan Inovasi
Setiap
inovasi yang berhasil menanggung bibit penurunannya sendiri. Karena suatu
organisasi tidak dapat memperoleh suatu keunggulan kompetitif dari suatu
inovasi pada tahap kematangan, organisasi tersebut harus mendorong ahli,
insinyur, dan manajer kreatifnya untuk mulai mencari inovasi baru.
a.
Bentuk
Inovasi
Inovasi
dapat bersifat radikal atau bertahap, teknis atau manajerial, dan produk atau
proses.
1. Inovasi Radikal versus Inovasi Bertahap
Inovasi radikal (radical innovation) merupakan produk, jasa atau teknologi baru yang
dikembangkan oleh suatu organisasi yang sepenuhnya menggantikan produk, jasa,
atau teknologi yang ada dalam suatu industri. Inovasi bertahap (incremental innovation) adalah produk,
jasa atau teknologi baru yang memodifikasi produk, jasa atau teknologi yang
ada.
2. Inovasi Teknikal versus Inovasi Manajerial
Inovasi teknikal (technical innovation) adalah perubahan dalam penampilan fisik atau
kinerja dari suatu produk atau jasa, atau poses fisik dimana suatu produk atau
jasa dibuat. Inovasi manajerial (managerial
innovation) adalah perubahan dalam proses manajemen di mana produk dan jasa
disusun, dibangun, dan diberikan kepada konsumen.
3. Inovasi Produk versus Inovasi Proses
Inovasi produk (product innovation) adalah perubahan dalam karakteristik atau
kinerja dari produk atau jasa yang ada atau penciptan dari produk atau jasa
yang sama sekali baru. Inovasi proses (process
innovation) adalah perubahan dalam cara produk dan jasa dibuat, diciptakan
dan didistribusikan. Inovasi proses secara langsung mempengaruhi manufaktur.
a. Kegagalan untuk Berinovasi
1.
Kurangnya Sumber Daya
2.
Kegagalan untuk Mengenali Kesempatan
3.
Penolakan akan Perubahan
b. Mendorong Inovasi dalam Organisasi
Tiga cara spesifik untuk
mendorong inovasi adalah melalui sistem penghargaan, budaya organisasi, dan
suatu proses yang disebut intrapreneurship.
1.
Sistem Penghargaan
Sistem penghargaan suatu
perusahaan adalah cara mendorong dan tidak mendorong perilaku tertentu dari
karyawan. Komponen utama dari sistem penghargaan termasuk gaji, bonus, dan
tunjangan. Menggunakan sistem penghargaan untuk mendorong inovasi merupakan
cara yang cukup mekanis akan tetapi juga merupakan teknik manajemen yang
efektif.
2.
Budaya Organisasi
Budaya suatu organisasi
adalah serangkaian nilai, kepercayaan, dan simbol yang membantu membimbing
perilaku. Suatu budaya organisasi yang kuat, dan difokuskan dengan tepat dapat
digunakan untuk mendukung aktivitas inovatif.
3.
Intrapreneurship dalam Organisasi yang Lebih
Besar
Intrapreneur serupa dengan entrepreneurs
kecuali bahwa mereka mengembangkan suatu bisnis baru dalam konteks organisasi
besar. Terdapat tiga peran intrapreneurial dalam organisasi besar yaitu penemu,
product champion, dan sponsor.
D. Komunikasi
Manajerial dan Teknologi Informasi
Komunikasi
adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Hal pertama yang harus
diperhatikan tentang defenisi itu adalah penekanan pada penyampaian maksud. Itu
artinya bahwa jika tidak ada infomasi atau ide yang disampaikan, komunikasi
tidak terjadi. Fungsi Komunikasi Komunikasi terdiri dari empat fungsi utama
yaitu: kontrol, motivasi, ekspresi emosional, dan informasi.
Komunikasi
bertindak sebagai control perilaku anggota dalam berbagai cara komunikasi
mendorong motivasi dengan menjelaskan pada karyawan apa yang harus
diselesaikan, seberapa baik mereka melakukannya, dan apa yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja jika tidak sejajar. Komunikasi yang terjadi di dalam
kelompok adalah mekanisme fundamental dimana anggotanya berbagi rasa frustasi
dan perasaan puas. Komunikasi manajerial mencakup, Komunikasi interpersonal dan
Komunikasi organisasi. Komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi)
yaitu komunikasi antara dua orang atau lebih. Metode yang digunakan meliputi
tatap muka, telepon, rapat kelompok, presentasi resmi, memo, surat tradisional,
mesin faks, majalah karyawan, buletin board, terbitan perusahaan lainnya, kaset
dan video, hot lines, surat elektronik, konnferensi komputer, voice mail, teleconference,
dan video conference.
Proses
Komunikasi Interpersonal Sebelum komunikasi dapat dilakukan, maksud, yang
dinyatakan sebagai pesan yang akan disampaikan, harus ada.. pesan itu berlalu
antara sumber (pengirim) dan penerima. Pesan itu diubah menjadi bentuk symbol
(disebut encording) dan disampaikan melalui beberapa media (saluran) kepada
penerima, yang menerjemahkan ulang pesan pengirimnya (disebut decoding) atau
penguraian kode atau penguraian sandi. Hasilnya adalah penyampaian maksud dari
satu orang ke orang lain. Selain itu, seluruh proses rentan terhadap kegaduhan
(noise). Gangguan yang terjadi pada penyampaian, penerima, atau umpan balik
pesan.
Hambatan terhadap Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Penyaringan, yaitu manipulasi
(pengubah-ubahan) informasi yang disengaja sehingga membuat informasi tersebut
tampak lebih menyenangkan bagi penerima.
1.
Emosi,
Emosi yang ekstrem sangat cenderung merintangi keefektifan komunikasi.
2.
Kebanjiran
informasi, ketika informasi yang harus kita olah mlampaui kapasitas pemrosesan
kita.
3.
Perilaku
defentif, ketika seseorang merasa terancam, mereka cenderung akan bereaksi
dengan cara yang mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai saling pengertian.
Bahasa, walaupun kita mungkin berbicara bahasa yang sama, penggunaan kita akan
bahasa itu jauh dari seragam. Pengirim cenderung menganggap bahwa kata dan
kalimat yang mereka gunakan berarti sama bagi penerima.
Teknologi Informasi
Para
manajer tertantang untuk membuat organisasi mereka berfungsi dengan lancar
sambil secara terus menerus mengembangkan operasi kerja dan tetap bersaing
walaupun organisasi dan lingkungan beruabah dengan cepatnya.Perubahan teknologi
membuat manajer mampu mengoordinasikan usaha kerja karyawan melalui cara yang
dapat menghasilkan peningkatan efisiensi dan efektifitas. Dua perkembangan
teknologi informasi yang akan berdampak paling berartidalam komunikasi
manajerial terkini:
a.
Sistem
komputer jaringan
b.
Kemampuan
nirkabel Sistem Komputer Jaringan Dalam sistem komputer jaringan.
Beberapa aplikasi di bidang komunikasi:
1.
e-mail
2.
Instant
messaging (IM)
3.
Voice
mail
4.
Faks
5.
Electronic
data interchange (EDI)
c.
Teleconference
d.
Intranet
e.
Ekstranet
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.organisasi.org/1970/01/pengantar-manajemen-ringkasan-rangkuman-resume-mata-kuliah-ekonomi-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar